Saturday, January 17, 2015

BIOGRAFI BEBERAPA SAHABAT PERAWI HADITS

BAB I
PENDAHULUAN
Hidup ini adalah perjalanan yang melelahkan, tanjakan maupun turunan kerap kali dirasakan oleh setiap pejalan, kita semua adalah pejalan yang dituntut untuk sampai ke tujuan kita, walaupun banyak rintangan maupun ujian yang kita hadapi ditengah jalan kehidupan. Oleh sebab itu seorang pejalan hendaklah memiliki panduan dan pedoman dalam menapaki lika-liku fenomena hidup. Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah pedoman dan panduan yang telah lulus uji coba.kita akan menjelaskan lebih lanjut seputar biografi beberapa ulama hadits dari kalangan sahabat dan pelopor pengkondifikasian Hadits, karena berkat kegigihan merekalah kita sekarang dapat mengetahui hukum dan mempelajari As-Sunnah dengan metodologi yang baik.
Di bawah ini kami mencoba sedikit memaparkan lika-liku kehidupan (biografi) ketujuh ulama muhadditsin dan isi kitab-kitabnya. Kitab-kitab para muhadditsin tersebut dikenal sebagai KUTUBUS SAB’AH (tujuh kitab hadits) beserta pelopor pengkondifikasian Hadits.
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana Biografi Beberapa Ulama Hadits Dari Kalangan Sahabat?
Bagaimana Pelopor Pengkondifikasian Hadits Tersebut?
                       






BAB II
PEMBAHASAN
BIOGRAFI BEBERAPA SAHABAT PERAWI HADITS
1.      Abu Hurairah r.a.
Ia paling banyak meriwayatkan Hadis di antara tujuh orang tersebut. Baqi bin Mikhlad mentakhirjkan Hadis Abu Hurairah sebanyak 5.374 Hadis.Rasulullah sendirilah yang menjulukinya “Abu Hurairah”, ketika beliau melihatnya membawa seekor kucing kecil. Julukan dari Rosulullah itu semata karena kecintaan beliau kepadanya, sehingga jarang ada orang memanggilnya dengan nama sebenarnya (Aburrahman bin Sakir). Ia berasal dari Bani Daus bin Adnan.Abu Hurairah memeluk Islam pada tahun 7 H, tahun terjadinya Perang khaibar, dan meninggal di Aqiq pada tahun 57 H.
Demikian menurut pendapat yang kuat. Ia adalah pemimpin para ahli shuffah, yang menggunakan seluruh waktunya beribadah di masjid nabi. Shuffah adalah tempat beratap di dalam masjid. Para sahabat yang zuhud itu melindungkan diri disana.Allah ternyata mengabulkan do’a Nabi s.a.w. agar abu hurairah dianugerahi hapalan yang kuat. Imam Bukhari, Muslim dan At-Tirmidzi mentakhrijakan sebuah Hadis darinya, bawa ia pernah berkata: “Aku pernah mengadu kepada rosulullah s.a.w.: “Wahai Utusan Allah! Aku mendengar banyak darimu, tetapi aku tidak hapal. “Rasulullah bersabdah: “Bentangkan selendangmu!” Akupun membentangkanya. Lalu rasulullah menceritakan banyak hadis kepadaku dan aku tidak melupakan sedikitpun apa yang beliau ceritakan kepadaku”.
Pada masa Umar bin Al-Khaththab menjadi khalifah, Abu Hurairah menjadi pegawai di Bahrain. Namun kemudian Umar mencopotnya . ada yang mengatakan, ketika Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah ia ingin mengangkatnya kembali. Namun tidak bersedia.belakangan Mu’awiyeh mengangkatnya menjadi Gubernur Madinah.Umar-yang selalu berusaha menertibkan dengan ketat periwayatan dari Rasulullah s.a.w.- tampaknya mengingkari banyak riwayat Abu Hurairah.
Umar pernah berkata kepada Abu Hurairah: “Pilihlah, engkau meninggalkan periwayatan hadis, atau aku pulangkan engkau ke tanah Daus. “Ketika Abu Hurairah meriwayatkan sabdah rasulullah s.a.w.: “Barangsiapa berdusta mengatasnamakanku dengan sengaja, hendaklah dia menyediakan pantatnya untuk dijilat api neraka, “barulah Umar mengakui periwayatan hadisnya. Umarpun berkata: “Kalau begitu, engkau boleh pergi dan menceritakan hadis!”Abu Hurairah telah meriwayatkan dari Nabi saw, dari Abu Bakar, Umar, Ustman, Ubai bin Ka’ab, Utsman bin Zaid, A’isyah, dan sahabat-sahabat lain.
Sedangkan orang yang meriwayatkan darinya  melampui 800 orang, terdiri daripada sahabat dan tabi’in. diantara mereka termasuk ulama sahabat, seperti Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, Jabir bin Abdullah, dan Annas bin Malik. Sedang dari kalangan ulama tabi’in, antara lain, Sa’id bin al-Musayyab, Ibnu Sirin, Ikrimah, Atha’, Mujahid, dan Asy-Sya’bi. Sanad paling shahih yang bepangkal darinya ialah: Ibnu Syihab az-Zuhri, dari Sa’id bin al-Musayyab, darinya (dari Abu Hurairah). Adapun yang paling dla’if adalah As-Sari bin Sulaiman, dari Dawud bin Yazid al-Audi dari bapaknya (Yadiz al-Audi) dari Abu Hurairah.
Di antara jumlah tersebut, 325 buah hadits disepakati oleh Bukhary Muslim, 93 buah diriwayatkan oleh Bukhary sendiri dan 189 buah diriwayatkan oleh Muslim sendiri (in-farada bihi Muslim).
2.      Abdullah bin ‘Umar r.a.
Periwayatan paling banyak berikutnya sesudah Abu Hurairah adala Abdullah bin Umar. Ia meriwayatkan 2.630 Hadis.Abdullah adalah putera khalifah kedua, Umar bin Khathtab, dan saudara kandung Sayyidah Hafshah Ummul Mukminin. Ia salah seorang diantara orang-orang yang bernama abdullah (Al-Abadilah al-Arba’ah) yang terkenal sebagai pemberi fatwa. tiga orang lain ialah Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Amr bin al-Ash, dan Abdullah bin az-Zubair.
Ibnu Umar dilahirkan tidak lama sesudah Nabi diutus. Umurnyasepuluh tahun kketika ikut masuk islam bersama ayahnya. Kemudian mendahului ayahnya, ia hijrah ke Madinah. Pada saar perang Uhud ia masih sangat muda, sehingga Rasululla saw menganggapnya masih terlalu kecil untuk ikut perang, dan tidak mengizinkanya. Tetapi setelah perang Uhud, ia banyak mengikuti peperangan, seperti perang Qadisiyah, Yarmuk, penaklukan Afrika, Mesir dan Persis, serta penyerbuan Basrah dan Madain.
Az-Zuhri tidak pernah meninggalkan pendapat ibnu Umar untuk untuk beralih kepada pendapat orang lain. Maliik az_zuhri berkata: ‘sungguh, tak ada suatupun dari utusan Rosulullah dan para Sahabatnya yang bersembunyi bagi ibnu Umar.’’ Ia meriwayatkan hadis dari Abu Bakar, Umar, Ustman, Sayyidah Aisyah, saudari kandungnya Sayyidah Hafshah, dan Abdullah bin Mas’ud. Yang meriwayatkan dari Ibnu Umar banyak sekali, di antaranya Said bin al-Musayyab, al-Hasan al-Basri, Ibnu Sirin, Nafi’, Mujahid, Thawus, dan Ikrimah.Ia wwafat pada tahun 73 H. ada yang mengatakan bahwa Al-Hajjaj menyusupkan seseorang ke rumahnya yang lalu membunuhnya.. dikatakan , mula-mula diracun, kemudian di tombak dan dirajam.
Pendapaat lain mengatakan bahwa Ibnu Umar meninggal secara wajar. Informasi ini digunakan kebenaranya.Sanad yang paling sahih yang bersumber dari Ibnu Umar adalah yang disebut silsilah adz-Dzahab (Silsilah Emas), yaitu Malik, dari Nafi, dari Abdullah bin Umar. sedang yang paling dla’if: Muhammad bin Abdullah bi al-Qasim dari bapaknya, dari kakeknya dari Ibnu Umar.
Hadits Abdullah bin Umar yang beliau riwayatkan sebanyak 2630 buah tersebut diantaranya yang muttafaq ‘alaih, sebanyak 170 buah, yang infarada bihi’I-Bukhary sebanyak 80 buah dan yang infarada bihi Muslim sebanyak 31 buah
3.      Anas bin Malik r’a
Anas bin Malik adalah urutan ketiga dari sahabat yang banyak meriwayatkan Hadis. Ada 2.286 Hadis yang iariwayatkan.Anas adalah khadam (pelayan) Rasulullah yang terpercaya. Ketika ia berusia sepuluh tahun, ibunya UmmSulaiman membawanya kepada Rasulullah s.a.w. untuk berkidmat. Ayahnya bernama Malik bin an Nadlir. Rasulullah s.a.w. sering bergurau denganya dan memanggilnya: “Hai pemilik dua telinga!” Rasulullah tidaklah bersikap seperti majikan kepada hambanya. Anas sendiri pernah berkata: “Rasulullah s.a.w. tidak pernah mendengar apa pun yang aku perbuat, mengapa aku melakukan ini dan itu. Beliau juga tidak pernah bertanya tentang sesuatu yang aku tinggalkan (tidak kerjakan), mengapa aku meninggalkanya.
Tetapi beliau selalu berkata: ‘ma sya’a Allahu kan wa ma lam yasya’lam yakun’ (Apa pun yang dikehendaki Allah, pasti terjadi. Dan apa yang tidak dikehendaki tidak akan terjadi).”Anas sendiri tidak pernah ikut pada peperangan badar yang akbar, karena usianya masih sangat muda. Tetapi ia banyak mengikuti peperangan sesudahnya.
Pada waktu Abu Bakar meminta pendapat  Umar mengenai pengangkatan anas menjadi pegawai di Bahrain, Umar memujinya: “Dia adalah anak muda yang cerdas dan bisa baca tulis.” Ia terkenal wira’i dan bertakwa, karena pergaulannya yang lama dengan rasulullah s.a.w. Pada hari-hari terakhir masa kehidupannya, Anas pindah ke basrah. Sebagian orang mengatakan bahwa kepindahanya itu karena ia terkena fitnah Ibn al-Asy’ats yang mendorong Hajjaj mengancamnya. Maka tidak ada jalan lain bagi Anas kecuali hijrah ke basrah, yang menjadikannya satu-satunya Sahabat Nabi di sana. Itulah sebabnya para ulamamengatakan: “Annas bin Malik adalah sahabat terakhir yang meninggal di basrah. Ia waafat pada tahun 93H dalam usia melampawi batas seratus tahun. Pada hari wafatnya, Muwarriq berkata: “telah hilang separuh ilmu. Jika ada seseorang yang suka memperturutkan kesenangannya bila berselisih dengan kami, kami berkata kepdanya: Marilah menghadap orang yang pernah mendengar daari Nabi s.a.w.’ Sanad paling shahih yang bersumber awalnya darinya ialah: Malik, dari az Zuhri, dari dia (Anas bin Malik). Sedangkan yang paling dla’if Dawud bin al Muhabbir, dari ayahnya (Al Muhabbir) dari Abban bin Abi Iyasy dari dia.
Di antara jumlah tersebut , yang muttafaq’alaih sebanyak 168 buah , yang infarada bihi’l-Bukhary sebanyak 8 buah dan yang infarada bihi Muslim sebanyak 70 buah .
4.      Ummu’L-Mukmin ‘Aisyah r.a.
Aisyah adalah istri Nabi s.a.w. putri Abu Bakar ash Shiddiq, teman dan orang yang paling dikasihi Nabi s.a.w.. aisyah masuk islam ketika masih kecil, sesudah 18 orang yang lain. Rasullah s.a.w. memperisterinya pada tahun 2 H. Rasulullah selau mengalah kepadanya dan mengikuti kesenangannya, dengan penuh cinta. Hal itu tidaklah aneh, kerena pekerti mulia yang ada pada dirinya kurang dimiliki oleh  wanita lainnya beliau mempelajari bahasa, syair, ilmu kedokteran, nasab-nasab dan hari-hari arab. Berkata az-zuhri: “andaikata ilmu yang dikuasai aisyah di bandingkan denga yang dimiliki semua isteri nabi  s.a.w. dan ilmu seluruh wanita, niscaya ilmu aisyah masih lebiiiih utama. “ urwah menambahkan “Aku tidak pernah melihat seorang pun yang mengerti ilmu kedokteran, syair dan fiqh melebihi aisyah.”
Aisyah meriwayatkan 2.210 hadis. Di antara keistimewaannya , beliau sendiri  kadanh-kadang mengeluarkan beberapa masalah dari sumbernya, berijtihat secara khusus, lalu mencocokkannya denganpendapat para sahabat yang alim. Berkenaan dengan keahlian aisyah, az-zarkasyi mengarang sebuah kitab khusus Al-ijabah li iradi mastadrokathu aisyah ‘ala ash-shahabah. Aisyah wafatpada tahun 57H. Abu Hurairah ikut menyembahyanginya.
     Sanad yang paling shahih adalah yang diriwayatkan oleh Yahya bin Sa’id dan Ubaidullah bin Umar bin Hafshin, dari Al Qasim bin Muhammad, dari Aisyah. Juga yang diriwayatkan oleh Az Zuhri atau hisyam bin Urwah, dari Urwah bin Az Zubair, dari Aisyah. Yang paling dla’if adalah yang diriwayatkan oleh Al-harits bin Syabi, dari Umm An Nu’man dari Aisyah.
     Dari jumlah tersebut , 174 buah muttafaq’alaih , 64 buah infarada bihi’l-Bukhary dan 68 buah infarada bihi Muslim .
5.      Abdullah Ibnu’l-‘abbas r.a.
Abdullah adalah sahabat kelima yang banyak meriwayatkan Hadis, sesudah sayyidah Aisyah. Ia meriwayatkan 1.660 Hadis. Dia adalah putera paman Rasulullah s.a.w. (saudara sepupu Rasulullah) ayahnya adalah Al-Abbas bin Abdul muththalib dan ibunya adalah Ummul fadhk Lubabah binti  .
Dari jumlah tersebut , yang mutaffaq’alaih sebanyak 95 buah , yang infarada bihi’l-Bukhary sebanyak 28 buah dan yang infarada bihi Muslim sebanyak 49 buah .
6.      Jabir bin’Abdullah r.a.
Jabir bin Abdullah meriayatkan 1.540 Hadis, Ayahnya bernama Abdullah bin Amr bin Hamrah al-Anshari as-Salami. Ia bersama ayahnya dan seorang pamanya mengikuti Bai’at al-‘Aqabah kedua diantara 70 sahabat Anshar yang berikrar akan membantu menguatkan dan menyiarkan agama Rosulullah s.a.w.. jabir jug adapt kesempatan ikut dalaam peperangan yang di lakukan Nabi, kecuali perang Badar dan Uhud. Ini di akuinya sendiri: “Aku bbberperang bersama Rosulullah sebanyak 18 kali, tetapi aku tidak mengikuti perang Badar dan Uhud, karena dilarang ayahku. Setelah ayahku terbunuh, aku selau ikut berperang bersama Rasululllah”. Jabir bin Abdullah pernah melawat ke Mesir dan Syam. Banyak orang yang menimba ilmu darinya dimanapun mereka bertemu denganny. Di Massjid Nabi Madinah, ia ia mempunyai kelompok belajar. Di sini orang berkumpul untuk mengambil mamfaat dari ilmu dan ketakwaannya. Ia wafat di Madinah pada tahun 74 H Abbas bin Utsman, penguasa madinah pada waktu itu, ikutmenyembahyangkannya.
Sanad terkenal dan paling shahih  darinya adalah yang diriwayatkan oleh penduduk Mekah melalui jalur Sufyan bin Uyainah, dari Amr bin Dinar, dari Jabir bin Abdullah. 
Dari jumlah tersebut yang mutafaq’alaih sebanyak 60 buah , yang infarada bihi’l-Bukhary sebanyak 16 buah dan yang infarada bihi Muslim sebanyak 126 buah .
7.      Abu Sa’id al Khudry r.a.
Hadis hadist yang beliau riwayatkan sebanyak 1170 buah .Dari jumlah tersebut , yang mutafaq’alaih sebanyak 46 buah , yang infaradabihi’l-Bukhary sebanyank 16 buah dan yang infarada bihi Muslim sebanyak 52 buah .

PENGKONDIFIKASIAN HADIST PADA MASA RASULULLAH, SAHABAT DAN PARA TABI’IN
Hadist pada Masa Rasulullah SAW
Membicarakan hadits pada masa Rasul SAW berarti membicarakan hadits pada awal pertumbuhannya. Maka dalam uraiannya akan terkait langsung dengan pribadi Rasul sebagai sumber hadits.
Rasul membina umatnya selama 23 tahun. Masa ini merupakan kurun waktu turunnya wahyu dan sekaligus diwurudkannya hadist. Keadaan ini sangat menuntut keseriusan dan kehati-hatian para sahabat sebagai pewaris pertama ajaran islam. Untuk lebih memahami kondisi/ keadaan hadist pada zaman Nabi SAW berikut ini penulis akan diuraikan beberapa hal yang berkaitan:

1)      Cara Rasulullah menyampaikan hadist
Rasulullah dan para sahabat hidup bersama tanpa penghalang apapun, mereka selalu berkumpul untuk belajar kepada Nabi Saw. di masjid, pasar, rumah,dalam perjalanan dan di majelis ta’lim. Ucapan dan perilaku beliau  selalu direkam dan dijadikan uswah (suri tauladan) bagi para sahabat dalam urusan agama dan dunia. Selain para sahabat yang tidak berkumpul dalam majelis Nabi Saw. untuk memperoleh patuah-patuah Rosulullah, karena tempat tingal mereka berjauhan, ada di kota dan di desa begitu juga profesi mereka berbeda, sebagai pedagang, buruh dll. Kecuali mereka berkumpul bersama Nabi Saw. pada saat-saat tertentu seperti hari jumat dan hari raya. Cara rasulullah menyampaikan tausiahnya kepada sahabat kemudian sahabat menyampaikan tausiah tersebut kepada sahabat lain yang tidak bisa hadir (ikhadz).
2)      Keadaan para sahabat dalam meneriama dan menguasai hadist
Kebiasaan para sahabat dalam menerima hadits  bertanya langsung kepada Nabi Saw. dalam problematika yang dihadapi oleh mereka, Seperti masalah hukum syara’ dan teologi. Diriwayatkan oleh imam Bukhari dalam kitabnya dari ‘Uqbah bin al-Harits tentang masalah pernikahan satu saudara karena  radla’ (sepersusuan). Tapi perlu diketahui, tidak selamanya para sahabat bertanya langsung. Apa bila masalah biologis dan rumah tangga, mereka bertanya kepada istri-istri beliau melalui utusan istri mereka, seperti masalah suami mencium istrinya dalam keadaan puasa.
Telah kita ketahui, bahwa kebanyakan sahabat untuk menguasai hadist Nabi Saw., melalui hafalan tidak melalui tulisan, karena difokuskan untuk mengumpulkan al-Quran dan dikhawatirkan apabila hadist ditulis maka timbul kesamaran dengan al-Quran.

3)      Larangan menulis hadis dimasa nabi Muhammad SAW
Hadis pada zaman nabi Muhammad saw belum ditulis secara umum sebagaimana al-Quran. Hal ini disebabkan oleh dua factor ;
       I.            para sahabat mengandalkan kekuatan hafalan dan kecerdasan otaknya, disamping alat-alat tulis masih kuarang.
    II.            karena adanya larangan menulis hadis nabi.

      Abu sa’id al-khudri berkata bahwa rosululloh saw bersabda:
لا تكتبوا عني شيٌا الا القران ومن كتب شيُا فليمحه

Janganlah menulis sesuatu dariku selain al-Qua’an, dan barang siapa yang menulis dariku hendaklah ia menghapusnya. ( H.R Muslim )

Larangan tersebut disebabkan karena adanya kekawatiran bercampur aduknya hadis dengan al-Qur’an, atau mereka bisa melalaikan al-Qua’an, atau larangan khusus bagi orang yang dipercaya hafalannya. Tetapi bagi orang yang tidak lagi dikawatirkan, seperti yang pandai baca tulis, atau mereka kawatir akan lupa, maka penulisan hadis bagi sahabat tertentu diperbolehkan.

4)      Aktifitas menulis hadist
Bahwasanya sebagian sahabat telah menulis hadist pada masa Rosulullah, ada yang mendapatkan izin khusus dari Nabi Saw.,hanya saja kebanyakan dari mereka yang senang dan kompeten menulis hadist menjelang akhir kehidupan Rosulullah.
Keadaan Sunnah pada masa Nabi SAW belum ditulis (dibukukan) secara resmi, walaupun ada beberapa sahabat yang menulisnya. Hal ini dikarenakan ada larangan penulisan hadist dari Nabi Saw. penulis akan mengutip satu hadist hadist yang lebih shahih dari hadist tentang larangan menulis. Rasulullah Saw. bersabda:

 لاتكتبو اعنّى شيئا غير القران فمن كتب عنىّ شيئا غير القر ان فليمحه.

” jangan menulis apa-apa selain Al-Qur’an dari saya, barang siapa yang menulis dari saya selain Al-Qur’an hendaklah menghapusnya”.(HR. Muslim dari Abu Sa;id Al-Khudry).
Tetapi disamping ada hadist yang melarang penulisan ada juga hadist yang membolehkan penulisan hadist, hadist yang diceritakan oleh Abdullah bin Amr, Nabi Saw. Bersabda


اكتب فو الذى نفسى بيده ما خرج منه الاالحق
” tulislah!, demi Dzat yang diriku didalam kekuasaan-Nya, tidak keluar dariku kecuali yang hak”.(Sunan al-Darimi)
            
Dua hadist diatas tampaknya bertentangan, maka para ulama mengkompromikannya sebagai berikut:
a.       Bahwa larangan menulis hadist itu terjadi pada awal-awal Islam untuk memelihara agar hadist tidak tercampur dengan al-Quran. Tetapi setelah itu jumlah kaum muslimin semakin banyak dan telah banyak yang mengenal Al-Quran, maka hukum larangan menulisnya telah dinaskhkan dengan perintah yang membolehkannya.
b.      Bahwa larangan menulis hadist itu bersifat umum, sedang perizinan menulisnya bersifat khusus bagi orang yang memiliki keahlian tulis menulis. Hingga terjaga dari kekeliruan dalam menulisnya, dan tidak akan dikhawatirkan salah seperti Abdullah bin Amr bin Ash.
c.       Bahwa larangan menulis hadist ditujukan pada orang yang kuat hafalannya dari pada menulis, sedangkan perizinan menulisnya diberikan kepada orang yang tidak kuat hafalannya.

Hadist Pada Masa Sahabat Dan Tabi’in
Hadist pada masa sahabat
Periode kedua sejarah perkembangan hadist, adalah periode setelah wafatnya Rasulullah Saw., yang biasa kita kenal dengan masa sahabat, khususnya masa Khulafa Al-Rasyidin (Abu Bakar, Umar Ibn Khattab, Usman Ibn Affan dan Ali Ibn Abi Thalib) yang berlangsung sekitar 11 H. sampai 40 H, masa ini juga disebut dengan sahabat besar.

a.      Sahabat dan Periwayatan Hadist
Pada masa menjelang kerasulannya, Rasul SAW berpesan kepada para sahabat agar berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Hadist serta mengerjakannya kepada orang lain sebagai mana sabdanya:

عَنْ مَالِكٍ أَنَّهُ بَلَغَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم- قَالَ « تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّه
”Telah aku tinggalkan untuk kalian dua macam, yang tidak akan tersesat setelah berpegang kepada keduanya, yaitu kitab Allah (Al-Qur’an) dan sunnahku ” (H.R Malik).
            Perlu diketahui oleh kita, walaupun ini bukan pembahasan dalam makalah ini, tapi untuk sekedar informasi untuk bahwa ada dua jalan sahabat dalam meriwayatkan hadist dari Rasul saw
·           Abu Bakar
Imam Hakim meriwayatkan dari Qasim bin Muhammad dari siti ‘Aisyah ra., ia berkata:” Ayahku telah mengumpulkan  hadist dari Nabi Saw. sejumlah lima ratus hadist, setiap malam ia mengulang-ulang beberapa kali…, setelah itu ia membakarnya.
·  Umar bin khatab
Umar bin Khatab ra. Pernah ingin mengumpulkan dan menulis hadist, beliau bermusyawarah dengan para sahabat Rasul lainya dan mereka menyetujui ide tersebut. Kemudian Umar beristikharah selama sebulan. Namun, rupanya Allah belum menghendaki. Kemudian ia berkata:” Aku ingin menulis sunnah, setelah itu aku ingat kaum sebelum kamu sekalian menulis kitab, mereka memfokuskan pada tulisan itu, kemudian ia meninggalkan kitab Allah. Demi Allah sesungguhnya aku tidak akan mencampur kkitab Allah (al-Quran) dengan yang lain selamanaya.
Masih banyak sahabat-sahabat lain yang bersikap penuh kehati-hatian, diantaranya  Ustman bin ‘Affan, Ali bin Abu Thalib, abu Musa dll, penulis tidak akan menjelaskan itu semua dalam makalah yang singat ini.
2. Hadits pada masa tabi’in
Tabi’in telah belajar kepada para sahabat, sehingga ia banyak mengetahui hadist Rasulullah dari para guru-guru mereka (sahabat), disamping itu mereka mengetahui para sahabat tentang keengganan menulis hadist dan sahabat memperbolehkannya, sehingga karakter tersebut diwariskan kepada para tabi’in besar, sehingga masa ini belum ada hadist yang terkodifikasikan.
PENGKONDIFIKASIAN HADIST DARI ABAD 2 H SAMPAI DENGAN SEKARANG
A.    Abad 2 H (Penulisan dan Pembukuan Hadist secara Resmi)
Pada periode ini Hadist-hadist Nabi saw mulai ditulis dan dikumpulkan secara resmi. Adapun Khalifah yang memerintah pada saat itu adalah Umar ibn Abdul Aziz dari Dinasti Umayyah. Umar ibn Abdul Aziz mempunyai kepentingan di dalam kepemimpinannya untuk menulis dan membukukan hadis secara resmi,hal ini didadasarkan pada beberapa riwayat, Umar ibn Abdul Aziz khawatir akan hilangnya hadist dan wafatnya para ulama hadist. Para sahabat telah berpencar di berbagai daerah, bahkan tidak sedikit jumlahnya yang sudah meninggal dunia. Sementara hadist-hadist yang ada di dada mereka belum tentu semuanya sempat diwariskan kepada generasi berikutnya. Karena itu, khalifah yang terkenal wara’ dan takwa ini mengupayakan pengumpulan dan penulisan hadist.
Ada perbedaan dalam penghimpunan hadist dengan al-Qur’an. hadist mengalami masa yang lebih panjang sekitar tiga abad dibanding dengan al-Qur’an yang hanya memerlukan waktu relatif lebih pendek. Yang dimaksud dengan periodeisasi penghimpunan hadist disini adalah fase-fase yang telah ditempuh dan dialami dalam sejarah pembinaan dan perkembangan hadist, sejak Rasulullah saw masih hidup sampai terwujudnya kitab-kitab hadist yang dapat disaksikan sekarang ini.
Pada masa pemerintahan Umar ibn Abdul Aziz,Islam sudah meluas sampai ke daerah-daerah yang tentunya pemahaman dan pemikiran mereka khususnya tentang keislaman itu sendiri adalah hadist.Khalifah berinisiatif untuk mengumpulkan hadist-hadist tersebut dikarenakan semakin meluasnya perkembangan Islam yang umumnya orang-orang yang baru memeluk agama Islam butuh dengan pengajaran yang didasarkan pada hadist-hadist Nabi. Selain itu gejolak politik yang terjadi di kalangan umat Islam, ada beberapa kelompok yang mencoba menyelewengkan sabda-sabda Rasulullah saw yang akhirnya akan merusak ajaran kemurnian Islam itu sendiri. Oleh karena itu Umar ibn Abdul Aziz telah menyusun suatu gerakan yang penuh semangat dalam rangka penyebarluasan dakwah Islamiyah.
Menurut Ajjaj al-Khathib bahwa kegiatan pembukuan hadist telah diprakarsai oleh ayahnya Khalifah Umar, yaitu Abdul Aziz yang ketika itu menjabat sebagai gubernur Mesir. Akan tetapi karena jabatannya sebagai gubernur maka jangkauannya tidak menyeluruh, oleh karena itu diteruskan oleh Umar setelah diangkat menjadi Khalifah. Tentunya pengkodifikasian hadist begitu cepat merambah ke daerah-daerah yang dikuasai oleh gubernur dan langsung memberikan instruksi agar menulis dan mengumpulkan hadist yang ada pada sahabat dan seterusnya disebarluaskan. Begitu juga ia mengutus para ulama untuk mengumpulkan hadist-hadist Rasulullah, hadist yang dipercaya kebenarannya ialah hadis yang telah diriwayatkan oleh orang-orang yang memiliki sifat menjauhkan diri dari dosa dan takwa.
Jika kita teliti kemampuan ilmiah umat Islam, sebenarnya telah memungkinkan mereka untuk melakukan penulisan terhadap hadist-hadist Nabi, Tetapi pendapat yang dominan di kalangan para sarjana dan ilmuan adalah bahwa hadist-hadist itu hanya disebarkan lewat mulut ke mulut sampai akhir abad pertama. Perlu kita ketahui bahwa kecintaan dan kepatuhan para sahabat kepada Nabi saw sungguh demikian mendalam, karenanya dalam menuliskan risalah ajaran Islam, mereka melakukannya secara lisan seperti Nabi lakukan terhadap mereka.Kondisi seperti itu secara tidak langsung mengajarkan kepada kita bahwa hal kepatuhan juga sebagian dari agama. Adapun pandangan para orientalis tentang penulisan pertama hadist yang dilakukan oleh al-Zuhri atas perintah Umar ibn Abdul Aziz adalah palsu. Karena mereka merujuk pada hadist-hadist fikih yang menurut pandangan para orientalis baru muncul sesudah zaman Umar ibn Abdul Aziz. Pendapat ini tentunya tidak mengkaji tentang sejarah Islam dari awal, yang mana ungkapan-ungkapan Nabi saw yang belum ditulis hanya dengan lisan dianggap sebagai ucapan biasa saja. Padahal bila kita rujuk pada pengertian hadist itu sendiri bahwa segala sesuatu yang lahir dari perilaku Nabi secara keseluruhan itu merupakan bahan yang menjadi hukum atau pelajaran pada generasi sesudahnya. Terkait dengan pengertian tersebut maka kitab al Muwaththa’ karya ibn Malik merupakan salah satu kitab yang mencatat hadist Nabi saw dan fatwa ulama awal di Madinah yang menganut pengertian tersebut,sehingga kitab tersebut disusun berdasarkan pola yang diawali dengan atsar dan baru kemudian fatwa yang memuat penjelasan-penjelasan hukum yang berkaitan dengan perkataan, perbuatan yang dilakukan Nabi dan pendapat hukum para sahabat, tabi’in serta fatwa ulama.
B.     Abad ke 3 H (Pemurnian dan Penyempurnaan Penulisan Hadist)
Menurut ahli hadist,yang menjadi masalah pokok yang menyebabkan keterlambatan sampai seratus tahun lebih dalam pembukuan hadist adalah karena hanya mengikuti pendapat populer di kalangan mereka tanpa meneliti sumber-sumber yang menunjukkan bahwa hadist sudah dibukukan pada masa yang lebih awal. Sedangkan sebab lain kenapa hadis belum disusun dan dibukukan pada masa sahabat dan tabi'in dikarenakan adanya larangan Nabi dalam shahih Muslim, khawatir akan bercampur dengan al-Qur’an, sebab lain hafalan mereka sangat kuat dan mereka juga cerdas, di samping umumnya mereka tidak dapat menulis. Baru pada masa akhir tabi'in, hadist-hadist Nabi disusun dan dibukukan.
Masa pemurnian dan penyempurnaan hadist berlangsung sejak pemerintahan al-Ma'mun sampai awal pemerintahan al-Muqtadir dari khalifah Dinasti Abbasiyah. Ulama-ulama hadist memusatkan pemeliharaan pada keberadaan hadist, terutama kemurnian hadist Nabi saw, sebagai antisipasi mereka terhadap kegiatan pemalsuan hadist yang semakin marak. Dalam setiap ajaran agama bagi para pemeluknya, tentunya sangat bervariasi dalam mengamalkan ajaran itu sendiri. Ini sesuai dengan kondisi sejauh mana pemahaman mereka tentang agama serta pengaruh yang dapat mengubah pola pikir seseorang menjadi taat, fanatik, atau acuh tak acuh. Perkembangan ilmu pengetahuan sudah dimulai pada abad ke-2 dengan lahirnya para imam mujtahid di berbagai bidang fikih dan ilmu kalam. Perselisihan dan perbedaan pendapat di kalangan imam mujtahid menjadi khazanah ilmu yang terus dikembangkan dan dihargai, tetapi lain halnya yang dipahami oleh para pengikut imam tersebut. Dikarenakan faktor ingin benar dan menang sendiri maka pendapat ulama lainnya dianggap tidak benar. Fanatik menjadi ciri khas mereka yang akhirnya menciptakan hadis-hadist palsu dalam rangka mendukung mazhabnya dan menjatuhkan mazhab lawannya. Kegiatan pemalsuan hadist mengalami masa yang begitu lama, sejak dari pemerintahan al-Ma'mun, al-Mu'tasim dan Wastiq, yang mereka sangat mendukung kaum Mu'tazilah. Momentum
pertentangan mazhab juga dimanfaatkan oleh kaum kafir Zindiq yang memusuhi Islam untuk menciptakan hadist-hadist palsu dan menyesatkan kaum muslimin dan tidak ketinggalan para pengarang cerita juga memanfaatkan situasi tersebut.                   
Ulama Mu'tazilah tidak saja mempengaruhi pikiran khalifah untuk bertindak keras terhadap ahli hadist,bahkan mereka melepaskan caci maki kepada ahli hadist serta menuduh ahli hadist bodoh dan dungu. Oleh sebab itu para ulama berupaya agar pelestarian yang berbentuk hadist dapat terus dipertahankan dan diabadikan tentunya dengan menyeleksi satu demi satu hadist yang telah masuk ataupun penemuan baru yang hubungan keakuratannya adalah bisa dipertanggungjawabkan serta memang benar-benar datang dari Nabi saw. Maka para ulama melakukan kunjungan ke daerah-daerah untuk menemui para perawi hadist yang jauh dari pusat kota. Di antara mereka adalah Imam Bukhari yang telah melakukan perjalanan selama 16 tahun dengan mengunjungi kota Mekkah, Madinah dan kota-kota lain. Seterusnya mereka juga melakukan pengklasifikasian hadist yang disandarkan kepada Nabi (marfu'), dan yang disandarkan kepada para sahabat (mawquf), serta yang disandarkan kepada tabi'in (maqthu'), serta penyeleksian hadist kepada hadist shahih, hasan, dan dha'if.
Adapun bentuk penyusunan kitab hadist pada periode ini adalah:
1.          Kitab Shahih, kitab ini hanya menghimpun hadis-hadist Shahih, sedangkan yang tidak Shahih tidak dimasukkan ke dalamnya. Yang termasuk dalam kitab shahih adalah Shahih Bukhari dan Shahih Muslim.
2.         Kitab Sunan, di dalam kitab ini selain dijumpai hadist-hadist Shahih,juga dijumpai hadist yang berkualitas Dha'if dengan syarat tidak terlalu lemah dan tidak munkar. Yang termasuk dalam kitab ini antara lain Sunan Abi Dawud, Sunan at Turmudzi, Sunan al Nasa’I dan Sunan ibn Majah.
3.         Kitab Musnad, di dalam kitab ini dijumpai hadis-hadist disusun berdasarkan urutan kabilah, seperti mendahulukan Bani Hasyim dari yang lainnya, ada yang menurut urutan lainnya seperti huruf hijaiyah dan lain sebagainya. Yang termasuk kitab ini adalah Musnad Ahmad ibn Hanbal.
Penyusunan ketiga bentuk kitab Hadis tersebut merupakan kebutuhan untuk menyeleksi bahwa hadist tersebut bersumber atau murni dari Nabi SAW dengan sanad dan perawi yang dapat dipertanggungjawabkan, dengan otentesitas hadist tersebut maka hadist tersebut dapat dijadikan sumber hukum dan hujjah sekaligus.

C.    Abad 4 s/d 7 H (Pemeliharaan, Penertiban dan Penambahan Dalam Penulisan Hadist)
Sebelum datangnya agama Islam, bangsa Arab tidak dikenal dengan kemampuan membaca dan menulis, sehingga mereka lebih dikenal sebagai bangsa yang ummi (tidak bisa membaca dan menulis). Namun demikian, ini tidak berarti bahwa di antara mereka tidak ada seorangpun yang bisa menulis dan membaca. Keadaan ini hanya sebagai ciri keadaan dari mereka. Sejarah telah mencatat bahwa sejumlah orang yang di antara mereka ada yang mampu membaca dan yang menulis, Adiy bin Zaid al-Abbay (w. 35 sebelum hijrah) misalnya, sudah belajar menulis hingga menguasainya, dan merupakan orang yang pertama yang mampu menulis dengan bahasa Arab yang ditujukan kepada Kisra. Sebagian orang Yahudi juga mengajarkan anak-anak di Madinah menulis Arab. Kota Mekkah dengan pusat perdagangannya sebelum kenabian, menjadi saksi adanya para penulis dan orang-orang yang mempu membaca.
Pada masa setelah sahabat kegiatan pengumpulan hadist sudah menjadi suatu keharusan sejak abad ke-2, hal ini didasari karena perkembangan Islam semakin meluas dan diperlukannya rujukan-rujukan hukum yang mudah untuk didapatkan argumennya. Maka pemeliharaan hadist sudah menjadi tanggungjawab para penguasa pada saat itu. Dimulai dari khalifah al-Muqtadir sampai pada al-Mu'tashim, walaupun kekuasaan Islam sudah mulai melemah pada abad ke 7 akibat serangan Holagu Khan cucu dari Jengis Khan, namun kegiatan para ulama hadist dalam rangka memeliharannya dan mengembangkannya berlangsung sebagaimana pada periode sebelumnya. Hanya saja hadist yang dihimpun tidaklah sebanyak masa sebelumnya. Adapun kitab-kitab hadist yang dihimpun adalah
1.     Al-Shahih, oleh ibn Khujaimah (313 H).
2.      Al-Anwa'wa al-Taqsim, oleh ibn Hibban (354 H).
3.     Al-Musnad, oleh Abu Awanah (316 H).
4.     Al-Muntaqa, oleh ibn Jarud.
5.    Al-Muhtarah, oleh Muhammad ibn Abd al-Maqdisi.

Kitab-kitab di atas merupakan bahan rujukan bagi para ulama hadist, sekaligus mempelajari, menghafal dan memeriksa serta menyelidiki sanad-sanadnya. Selanjutnya menyusun kitab baru dengan tujuan memelihara, menertibkan dan menghimpun sanad danmatannya yang saling berhubungan serta yang telah termuat secara terpisah dalam kitab-kitab yang telah ada tersebut.
Adapun bentuk-bentuk penyusunan kitab hadist pada periode ini memperkenalkan sistem baru, yaitu:
1.       Kitab Athraf, di dalam kitab ini penyusunnya hanya menyebutkan sebagian dari matanhadist tertentu kemudian menjelaskan seluruh sanad dari matan itu, baik sanad yang berasal dari kitab hadist yang dikutip matannya ataupun dari kitab-kitab lainnya.
2.      Kitab Mustakhraj, kitab ini memuat matan hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari atau Muslim, atau keduanya atau yang lainnya, dan selanjutnya penyusunan kitab ini meriwayatkan matan hadist tersebut dengan sanadnya sendiri.
3.      Kitab Mustadrak, kitab ini menghimpun hadis-hadist yang memiliki syarat-syarat Bukhari dan Muslim atau yang memiliki salah satu syarat dari keduanya.
4.      Kitab Jami', kitab ini menghimpun hadis-hadist yang termuat dalam kitab-kitab yang telah ada, seperti:
a)         Yang menghimpun hadist-hadist shahih Bukhari dan Muslim.
b)         Yang menghimpun hadist-hadist dari al-Kutub al-Sittah.
c)         Yang Menghimpun hadist-hadist Nabi dari berbagai kitab hadist.

D.    Abad 7 H  s/d sekarang ( Pensyarahan, penghimpunan, pentakhiran dan pembahasan Hadist)
1.          Kegiatan periwayatan hadist
Berawal dari penaklukan yang dilakukan oleh tentara Tartar terhadap pemerintahan Abbasiyah yang kemudian dihidupkan kembali oleh dinasti Mamluk setelah berhasil menaklukkan bangsa mongol. Akan tetapi Dinasti Mamluk mempunyai maksud tertentu dengan membai'at khalifah. Hanyalah sekedar simbol agar daerah-daerah Islam lain mau mengakui daerah Mesir sebagai pusat pemerintahan Islam yang akhirnya umat akan tunduk kepada Mesir sebagai pemerintahan Islam, setelah itu lahirlah pengakuan pada Dinasti Mamluk sebagai penguasa dunia Islam. Setelah masa berlalu, kekuasaan Dinasti Mamluk sudah mulai surut, masuklah abad ke-8 H, Usman Kajuk mendirikan kerajaan di Turki atas peninggalan Bani Saljuk di Asia Tengah sambil menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil yang ada disekitarnya dan selanjutnya membangun Daulah Utsmaniah yang berpusat di Turki. Setelah menaklukkan Konstantinopel dan Mesir (runtuhnya Khalifah Abbasiyah), maka berpindahlah pusat kekuasaan Islam ke Konstantinopel pada abad ke-13 H, Mesir yang dipimpin oleh Muhammad Ali mulai bangkit untuk mengembalikan kejayaan Mesir masa silam. Namun Eropa bertambah kuat menguasai dunia, secara bertahap mereka mulai menguasai daerah-daerah Islam, sehingga pada abad ke-19 M sampai abad ke-20 M hampir seluruh wilayah Islam dijajah oleh bangsa Eropa. Kembangkitan kembali umat Islam baru dimulai pada pertengahan abad ke-20 M. Sejalan dengan kondisi Islam di atas, maka periwayatan hadist pada periode ini lebih banyak dilakukan dengan cara ijazahi dan mukatabah. Sedikit sekali dari ulama hadist. pada periode ini melakukan periwayatan hadist secara hafalan sebagaimana yang dilakukan oleh ulama yang terdahulu di antaranya:                                              
v  Al-'Iraqi (w. 806 H/ 1404 M). Dia berhasil mendiktekan hadist secara hafalan kepada 400 majelis sejak tahun 796 H / 1394 M, serta menulis beberapa kitab hadist.
v  Ibn Hajar al-Asqalani (w. 852 H / 1448 M), seorang penghafal hadist yang tiada tandingannya pada masanya. Ia telah mendiktekan hadist kepada 1000 majelis dan menulis sejumlah kitab yang berkaitan dengan hadist.
v  Al-Sakhawi (w. 902 H / 1497 M), ia merupakan murid Ibnu Hajar, yang telah mendiktekan hadist kepada 1000 majelis dan menulis sejumlah kitab.
Pada masa ini, para ulama hadist pada umumnya mempelajari kitab-kitab hadist yang sudah ada dan selanjutnya mengembangkannya dan meringkasnya sehingga menghasilkan jenis-jenis karya seperti kitab Syarah, Mukhtashar, Zawa'id, Takhrij dan lain sebagainya. Tentunya tidak terlepas dari pengkaji hadist pada saat sekarang, selain mengkaji Matan (isi) hadist tersebut dapat dijadikan sebagai rujukan dan bacaan pada generasi baru dan tidak hanya menerima bahwa hadist tersebut shahih atau tidakshahih. Akan tetapi kita telah mendapatkan suatu pengetahuan dasar untuk mencari dan memastikan sebab musabab hadist tersebut beroperasi, yang tentunya tidak terlepas dari perjalanan menyelamatkan hadist dari orang-orang yang ingin menyelewengkannya.Dalam hal ini kita tidak terlepas dari ilmu Tarikhir-Ruwah yang membicarakan hal ihwal para rawi hadist baik yang bersangkutan dengan umur dan tanggal kapan mereka dilahirkan, dimana domisili mereka dan kapan mereka menerima hadist dari guru-guru mereka.
                                                                                                                                     
2. Bentuk penyusunan kitab hadist
Pada periode ini, umumnya para ulama hadist mempelajari kitab-kitab hadist yang telah ada, kemudian mengembangkan dan meringkaskannya sehingga menjadi sebuah karya sebagai berikut:
a.    Kitab Syarah. Yaitu kitab yang memuat uraian dan penjelasan kandungan hadist dari kitab tertentu dan hubungannya dengan dalil-dalil lain yang bersumber dari al-Qur’an dan hadist, ataupun kaidah-kaidah syara’ lainnya. Di antara contohnya adalah:
1.     Fath al-Bari, oleh Ibn Hajar al-Asqalani, yaitu syarah kitab Shahih al-Bukhari.
2.    Al-Minhaj, oleh al-Nawawi, yang mensyarahkan kitab Shahih Muslim.
3.    ‘Aun al-Ma’bud, oleh Syams al-Haq al-Azhim al-Abadi, syarah sunan Abu Dawud.
b.    Kitab Mukhtashar. Yaitu kitab yang berisi ringkasan dari suatu kitab hadist, sepertiMukhtashar Shahih muslim, oleh Muhammad fu’ad abd al-Baqi.
c.    Kitab Zawa’id. Yaitu kitab yang menghimpun hadist-hadist dari kitab-kitab tertentu yang tidak dimuat kitab tertentu lainnya. Di antara contohnya adalah Zawa’id al-sunan al-Kubra, oleh al-Bushiri, yang memuat hadist-hadist riwayat al-Baihaqi yang tidak termuat dalam al-Kutub al-Sittah.
d.   Kitab petunjuk (kode indeks) hadist. Yaitu, kitab yang berisi petunjuk-petunjuk praktis yang mempermudah mencari matan hadist pada kitab-kitab tertentu. Contohnya,Miftah Kunuz al-Sunnah, oleh A.J. Wensinck, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh M. Fu’ad ‘Abd al-Baqi.
e.    Kitab Takhrij. Yaitu kitab yang menjelaskan tempat-tempat pengambilan hadist-hadist yang memuat dalam kitab tertentu dan menjelaskan kualitasnya. Contohnya adalah,Takhrij Ahadits al-Ihya’, oleh Al-‘Iraqi. Kitab ini men-takhrij hadist-hadist yang terdapat di dalam kitab Ihya’ ‘Ulum al-Din karya Imam al-Ghazali.
f.     Kitab Jami’. Yaitu kitab yang menghimpun hadist-hadist dari berbagai kitab hadist tertentu, seperti al-Lu’lu’ wa al-Marjan, karya Muhammad fu’ad al-Baqi. Kitab ini menghimpun hadist-hadist Bukhari dan Muslim
g.    Kitab yang membahas masalah tertentu, seperti masalah hukum. Contohnya, Bulugh al-Maram min Adillah al-Hakam, oleh Ibn Hajar al-‘Asqalani dan koleksi Hadis-hadis Hukum oleh T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy.

Dengan adanya karya-karya besar para ahli hadist tersebut, maka dapatlah mempermudah generasi sekarang ini dalam mempelajari serta mentelusuri hadist-hadist yang ada sekarang, sehingga dapat mengetahui kualitas hadist-hadist tersebut, dan menghindarkan diri dari pengamalan hadist-hadist yang daif. Penulisan dan Pembukuan Hadits pada abad ke II H
Pembukuan hadits diprakarsai oleh Umar bin Abdul Aziz salah seorang Bani Umayyah. Adapun yang mendorong beliau untuk membukukan hadits adalah para perawi/ penghafal hadits kian lama kian banyak yang meninggal dunia.










BAB III
PENUTUP

A.                Kesimpulan
Pengumpulan hadist secara resmi telah dimulai sejak Khalifah Umar ibn Abdul Aziz, yaitu awal abad ke 2, hal ini dilakukan dalam rangka melestarikan hadist agar hadist tersebut tidak hilang bersama penghafal hadist, di samping itu merupakan tuntutan kondisi umat Islam semakin banyak dan wilayahnya semakin luas, sehingga diperlukan suatu rujukan hukum berupa hadist setelah al-Qur’an
Sesudah itu, penulisan dan pembukuan hadist melewati beberapa proses yang semuanya bertujuan mencapai kesempurnaan dan penjagaan atas keaslian hadist-hadist tersebut.
Dalam pemilahan hadist yang shahih dan yang palsu, kiranya kita harus melihat sanaddan matannya, dan yang terlebih lagi hadist tersebut tidak mempunyai pertentangan dan tidak menjadi kepentingan politik golongan tertentu pada masa silam sehingga dilestarikannya dengan hadist pemalsuan.














































DAFTAR PUSTAKA


•    Dr. As-Shalih Subhi, Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, Pustaka Firdaus, Cetakan Kedelapan, Februari 2009.

1 comment:

  1. Sands Casino
    The best part 메리트카지노총판 about this is that it has the highest gaming 샌즈카지노 floor in the world. The Sands Las Vegas deccasino Casino has over 2,300 table games, including video poker,

    ReplyDelete

STRATEGI PEMBINAAN AKHLAK MURID JENJANG PENDIDIKAN DASAR

1.       Pengertian pembinaan akhlak Akhlak dalam istilah Islam adalah kepribadian yang melahirkan tingkah laku perbuatan manusia terha...